Ayat-ayat al
qur’an yang menjelaskan tentang kelautan
QS. An-Nahl [16] : 14
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ
الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً
تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan
itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An-Nahl [16] : 14).
QS. Al Isra [17] : 66
رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ
الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ
رَحِيمًا
Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-Kapal di lautan untukmu, agar kamu
mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang
terhadapmu.(QS. Al Isra
[17] : 66).
QS. Al Fathir [35] : 12
وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ
شَرَابُهُ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا
وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ
لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan
daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu
memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah
laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (QS. Al
Fathir [35] : 12).
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain

Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkankeduanya.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (19) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا
يَبْغِيَانِ (20)
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.”
(Al Qur’an, 55:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
(Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.
Kegelapan dan Gelombang di Dasar Laut
Pengukuran yang dilakukan dengan teknologi masa kini berhasil mengungkapkan bahwa antara 3 hingga 30% sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru (lihat gambar di samping). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak dijumpai sinar apa pun. (lihat gambar atas). Fakta ilmiah ini telah disebutkan dalam ayat ke-40 surat An Nuur sekitar 1400 tahun yang lalu..
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”
(Al Qur’an, 24:40)
Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:
Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.
(Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)
Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini.
Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan “gelap gulita di lautan yang dalam” digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Qur’an, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra.
aw kazhulumaatin
fii bahrin lujjiyyin yaghsyaahu mawjun min fawqihi mawjun min
fawqihi sahaabun zhulumaatun ba'dhuhaa
fawqa ba'dhin idzaa akhraja yadahu lam yakad yaraahaa
waman lam yaj'ali allaahu lahu nuuran famaa lahu min nuurin
|
Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan…” mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Qur’an yang lain.
Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang “terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda.” Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya.
Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu.
(Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205)
Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur’an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah.
Maha Suci
Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut
Sungai dalam Laut

Mudah-mudahan
fenomena alam ini makin menambah keimanan kita, dan menjdikan kita terus
bersyukur kepada Allah yang telah memberi jalan kepada kita untuk belajar dan
mengamalkan ayat-ayatNYA.
“Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al
Furqan:53)
Jika Anda
termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal
Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam
terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya
menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem
dokumentari tentang keindahan alam
dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu
hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air
tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur
dengan air laut yang masin di
sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena
ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab
terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai
berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam.
Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung
mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain
itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak
bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan
air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22
yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari
keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah
Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat
keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an
ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman
saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil
di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena
ganjil 14 abad yang silam, akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun
berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman
Allah, yang seluruh kandungannyamutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk
Islam.
Maha Suci
Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut
Sungai dalam Laut

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Allahu
Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha
Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh
air.” Bila
seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih
kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”
Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi
Cenote Angelita, Mexico . Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai
kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai
kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat
sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.
Bagi orang yang berkecimpung dalam bidang kelautan dan perikanan, tidaklah sulit untuk memahami ayat tersebut di atas. Bagaimana cara Allah dalam menundukkan lautan? Air laut (termasuk air tawar) mempunyai sifat yang disebut dengan sifat anomali air, yaitu densitas air tertinggi berada pada suhu 4oC dan bukan pada suhu 0oC, sedangkan air mulai membeku pada suhu 0oC.
Sifat anomali air ini yang menyebabkan air laut pada musim dingin di bagian bawah permukaan tetap cair walaupun pada bagian atas tertutupi es. Dampak positifnya adalah ikan-ikan dan biota laut yang ada di dalamnya masih bisa hidup dengan baik.
Dapatlah dibayangkan sekiranya densitas air tertinggi berada pada saat air membeku atau 0oC, maka tentulah tidak akan ada aktivitas eksploitasi sumberdaya hayati pada saat musim dingin dan mungkin juga sebagian besar ikan akan mati.
Untuk mengarungi lautan supaya manusia dapat mengambil manfaat dari padanya, maka berbagai jenis bahtera dapat berlayar di atasnya. Untuk melayarkan bahtera itu, Allah swt membuat gaya ke atas dalam air. Besarnya gaya ke atas tersebut sebesar gaya yang dipindahkannya.
Sains modern menyebutnya sebagai gaya Archimedes (Hukum Archimedes). Gaya ini memungkinkan kapal-kapal yang berlayar dengan membawa beban yang berat dapat terapung secara sempurna. Demikianlah cara Allah swt menundukkan lautan untuk manusia.
Di dalam laut terdapat berbagai jenis biota, termasuk ikan yang halal dimakan dagingnya. Dalam Alquran Surat Almaidah ayat 96, Allah berfirma
"Dihalalkan bagimu
binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang
lezat bagimu."
Hasil penelitian dari Seafood Service Australia menunjukkan bahwa pada 100 gram bahan baku pada ikan terdapat 210 mg omega-3, pada tiram 150 mg, udang 120 mg, lobster 105 mg. Dibandingkan dengan daging sapi, hanya terdapat 22 mg, daging ayam 19 mg, daging kambing 18 mg dan pada daging babi tidak mengandung omega-3 sama sekali. Sungguh suatu karunia yang luar biasa.
Di dalam laut terdapat perhiasan. Mutiara adalah salah satu perhiasan yang bernilai tinggi. Berbagai jenis kulit dari hewan Moluska, Crustacea dan lain-lainnya dijadikan perhiasan, bahkan terdapat kelompok masyarakat yang menjadikan mata pencarian sebagai pengrajin hasil-hasil laut.
Di akhir ayat tersebut di atas, Alquran menyuruh kita bersyukur. Sekarang ini banyak manusia memanfaatkan laut untuk mencari karunia Allah swt, tetapi tidak pandai mensyukurinya. Mereka melakukan eksploitasi dengan cara merusak, sehingga menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.
Karunia dari laut bukan hanya berarti memanfaatkan laut secara langsung, seperti dilakukan para nelayan dan petani ikan, serta pemanfaat jasa transportasi, tetapi juga orang-orang yang mengajarkan bidang perikanan dan kelautan. Memanfaatkan dan mengelola lautan secara rasional dan bertanggung jawab merupakan salah satu bukti kesyukuran kita kepada Allah swt.
Hasil penelitian dari Seafood Service Australia menunjukkan bahwa pada 100 gram bahan baku pada ikan terdapat 210 mg omega-3, pada tiram 150 mg, udang 120 mg, lobster 105 mg. Dibandingkan dengan daging sapi, hanya terdapat 22 mg, daging ayam 19 mg, daging kambing 18 mg dan pada daging babi tidak mengandung omega-3 sama sekali. Sungguh suatu karunia yang luar biasa.
Di dalam laut terdapat perhiasan. Mutiara adalah salah satu perhiasan yang bernilai tinggi. Berbagai jenis kulit dari hewan Moluska, Crustacea dan lain-lainnya dijadikan perhiasan, bahkan terdapat kelompok masyarakat yang menjadikan mata pencarian sebagai pengrajin hasil-hasil laut.
Di akhir ayat tersebut di atas, Alquran menyuruh kita bersyukur. Sekarang ini banyak manusia memanfaatkan laut untuk mencari karunia Allah swt, tetapi tidak pandai mensyukurinya. Mereka melakukan eksploitasi dengan cara merusak, sehingga menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu.
Karunia dari laut bukan hanya berarti memanfaatkan laut secara langsung, seperti dilakukan para nelayan dan petani ikan, serta pemanfaat jasa transportasi, tetapi juga orang-orang yang mengajarkan bidang perikanan dan kelautan. Memanfaatkan dan mengelola lautan secara rasional dan bertanggung jawab merupakan salah satu bukti kesyukuran kita kepada Allah swt.
(سُجِّرَتْ ٱلْبِحَارُ وَإِذَا)
Dalam Surat Al Taqwir (81;6) Allah berfirman; "Dan apabila lautan dijadikan meluap." Pertanyaannya, dapatkah lautan itu meluap? Fakta menunjukkan bahwa beberapa tahun yang lalu pernah terjadi tsunami di Aceh yang meluluhlantakkan bangunan-bangunan dan menelan ratusan ribu manusia. Apakah itu yang dimaksud lautan meluap, hanya Allah yang maha mengetahui.
(لْمَسْجُورِوَٱلْبَحْرِ)
Dalam Surat Ath Thuur ayat 6 disebutkan; "Dan laut yang di dalam tanahnya ada api." Hasil penelitian modern menunjukkan bahwa di dalam laut terdapat ribuan gunung berapi. Beberapa di antaranya membentuk apa yang disebut dengan Black Smoker yaitu sumber panas di dalam laut yang berbentuk mirip cerobong pabrik setinggi ±12 m, ditemukan pada suatu rantai pengunungan di dasar laut dalam. Sejauh ini telah ditemukan 100 lokasi, 25 lokasi mempunyai suhu 350-400oC (Jamil,2004).

0 komentar:
Posting Komentar